It is almost 8.00 pm on my computer. Today, I don’t know how I feel. After almost the three past weeks, I never had holiday due to some activities I had to do.
I feel empty and really tired.
I – sometimes – shed my tears for nothing. I don’t know what’s happening to me.
Aneh. Tidak seperti biasanya saya cengeng seperti ini. Saya selalu yakin dan percaya bahwa langkah yang saya ambil adalah benar. Egois memang, lagi dan lagi.
Akhir-akhir ini, setiap kali ada yang membicarakan tentang pernikahan, posting tentang keluarga kecil mereka di social media, melihat rencana-rencana pernikahan mereka, saya merasa iri, dengki, dan kecewa dengan diri saya sendiri.
Saya merasa bahwa saya gagal menjadi wanita seutuhnya. I am still really young I guess. Tapi saya juga perempuan biasa. Rasa ini tidak pernah hadir sebelumnya. Mungkinkah karena keangkuhan dan ambisi saya yang sudah menutupi semua ini? Entahlah. Yang saya tahu, apa yang saya putuskan adalah baik. Ambisiku mampu untuk memendam semuanya.
Semoga setiap langkah yang saya ambil selalu mendapat ridha-Nya. Aamiin…
Kadang, saya sering kali memikirkan apakah saya harus mengubur semuanya? Menjadi istri yang baik, memiliki anak, sekolah sewajarnya, tidak berkarir, menjadi ibu rumah tangga, hidup seperti kebanyakan perempuan lainnya. Ah, entahlah. Sepertinya keinginan tersebut selalu dikuasai oleh ego. Egoku dan ambisiku. Toh, Allah tidak pernah berfirman kan bahwa setiap perempuan yang memiliki cita-cita tinggi tidak akan mendapat jodoh? Jadi? Keep calm. Seize your day. Carpe diem quam minimum credula postero.