.:: Saya Kenapa? Kenapa Saya? ::.

  Beberapa tahun terakhir saya mengalami beberapa peristiwa tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kesehatan. Beberapa kali saya mengunjungi dokter untuk memastikan bahwa saya baik-baik saja. Namun ada saja diagnosa yang berbeda namun belum pasti terbukti bahwa saya mengalami penyakit yang didiagnosa oleh para dokter yang saya temui. Sebelum mengalami masalah kesehatan, biasanya saya selalu diberi tanda atau kejadian aneh di dalam mimpi. Contohnya adalah ketika saya pertama kali bekerja, hampir setiap bulan di tahun yang sama saya harus ke dokter lantaran penyakit maag saya yang akut, ada yang mengatakan ini adalah sebuah typhoid, ada juga yang menganjurkan saya cek darah karna kemungkina DBD. Lalu saya berpikir, “apakah saya setiap bulan selalu mengalami DBD atau Tifus?”. Beberapa bulan pertama memang saya sulit untuk lepas dari obat2an yang diberikan oleh dokter. Saya meninggalkan obat-obatan tersebut perlahan, tahukah anda? saya mengalami bintik-bintik merah di seluruh tubuh hingga muka, tidak ada rasa gatal namun pegal-pegal. Beberapa sumber mengatakan itu adalah pengaruh obat atau alergi obat.

  Di tahun berikutnya pun demikian, tahun 2010 saya kembali mengalami kejadian yang sama, sakit kepala tiba-tiba, muntah-muntah, sakit perut, badan terasa lemas. Hal tersebut berlangsung sekitar 5-7 hari dalam sebulan. Dokter yang mendiagnosa pun kembali mengatakan bahwa saya mengalami gejala tifus. Sampai akhirnya, di penghujung 2010, saya kembali mengalami ruam2 merah di punggung sebelah kanan yang sebelumnya saya bermimpi menemukan sisik di punggung kanan saya. Hal ini pertama kalinya saya pergi ke dokter spesialis penyakit kulit. Pada waktu itu saya pergi ke Cikini, Klinik Dokter Spesialis Kulit Kelamin dr. Otto Maulana, SpKK. Beliau mengatakan bahwa saya terkena Dermatitis atau peradangan kulit. hampir 2 minggu saya minum obat yang dianjurkan oleh beliau dan Alhamdulillah semua bintik2 merah tidak muncul kembali.

  Namun, permasalahan kesehatan pada diri saya tidak membaik. Setiap kali saya merasa sedikit tertekan, tubuh saya kembali drop. Badan saya kembali mengeluarkan bintik-bintik merah, diiringi muntah dan sakit kepala. Hal tersebut terjadi sampai di petengahan tahun 2012.

  Pada pertengahan tahun 2012, saya kembali bermimpi bahwa akan ada sesuatu terjadi pada 14 hari berikutnya. Dari beberapa peristiwa yang tidak saya sebutkan semua di atas, saya pun mencatat tanggal setelah 14 hari dari mimpi tersebut dengan menandakan alarm di ponsel. Dan alangkah terkejutnya saya ketika H+1 tersebut saya didiagnosa oleh dr. Jimmy, SpOG mengidap adenomyosis. Setelah diberikan beberapa saran pengobatan, maka saya memilih yang ringan, yaitu mengkonsumsi natrium diklofenak saat pertama kali datang bulan. Hal tersebut adalah untuk meringankan rasa nyeri yang selalu datang setiap kali saya datang bulan. Namun, yang saya rasakan adalah semakin bertambahnya rasa nyeri tersebut setiap bulannya setelah saya mengetahui diagnosa dokter mengenai adenomyosis. Tidak puas lantaran didiagnosa demikian, satu bulan kemudian saya konsultasi kepada dr. Ridho, SpOG, dan hal yang sama dikatakan bahwa saya menderita adenomyosis. Tetapi saya tetap berusaha berpikir positif. Belum tentu saya menderita penyakit tersebut, mungkin saya dr. Ridho melihat sejarah penyakit saya di kartu pengobatan sebelumnya dg dr. Jimmy yang menjadikan saya didiagnosa yang sama.

  Adenomyosis adalah penyakit yang benar-benar membuat saya semakin tertekan. beberapa kali melakukan medical check up standar termasuk tes darah dan urine lengkap, saya selalu dalam keaadaan baik walaupun sering kali mengalami tensi darah yang rendah. bahkan sampai mencapai angka fantastis dalam sejarah tensi pada diri saya, yaitu 80/50 mmHg.

  Masih di pertengahan tahun yang sama, saya mengalami kejadian yang tidak jauh berbeda, yaitu mual, pusing, muntah-muntah secara tiba-tiba dengan nyeri di lambung. Sampai pada suatu hari, ketika saya bekerja saya dalam keaadaan baik-baik saja. Namun tiba-tiba ada seperti sarang laba-laba di hadapan saya yang menutupi pandangan saya. Sarang laba-laba yang semakin besar dan membesar hingga beberpa  lama, kemudian hilang. Namun setelah itu, saya mengalami sakit kepala hebat sampai muntah-muntah lebih dari 6 kali pada saat yang sama.

  Hari berikutnya saya kembali mengkonsultasikan masalah saya kepada dokter, dr. Pandu Pradana. Beliau mengatakan kemungkinan adalah syaraf yang terkena dan menganjurkan saya untuk pergi ke internis. Keesokan  harinya, saya menemui dokter spesialis penyakit dalam, yaitu dr. Marthino Robinson, SpPd. Setelah melakukan sesi konsultasi, kemudian beliau memeriksa fisik saya dan mengatakan saya baik-baik saja. Kembali dikatakan saya mengalami gangguan pencernaan dan dengan makan yang teratur sudah bisa teratasi.

   Di akhir tahun, atau lebih tepatnya di bulan November, saya kembali mengalami masalah kesehatan, yaitu kaku di setiap persendian ketika bangun tidur dan ruam-ruam biru memar di sepanjang kaki saya. Hal tersebut berlangsung selama lebih dari satu bulan. Sampai akhirnya saya kembali pergi ke dokter, dr. Edrizal Anis. Beliau mengatakan bahwa saya baik-baik saja. Hanya lambung saya saja yang perih. Namun beliau pun menganjurkan saya untuk pergi ke neurologi, dokter spesialis syaraf. Awalnya saya mengira ini adalah purpura simplex yang biasa menyerang perempuan ketika hendak menstruasi. Namun ternyata bukan, juga bukan peradangan, asam urat ataupun rematik. Lalu saya kenapa?

  Terakhir yaitu ketika saya membuat surat keterangan sehat untuk melamar pekerjaan, saya kembali ke dokter. Dokter kemudian men-tensi darah saya, yang hasilnya adalah 80/50 mmHg. Tidak percaya bahwa saya mengalami tensi serendah itu, dokter pun kembali memeriksa saya  hingga tidak kurang dari 4x dengan hasil yang sama. Kemudian saya mengkonsultasikan diri saya dg berbagai hal yang saya alami, dan wooowww… what shocked I was when he told me that maybe I am in depressed! Diagnosa yang saya terima adalah PSIKOSOMATIS yang mungkin diakibatkan oleh pikiran2 saya mengenai kesehatan atau juga disebut dengan “doctor shopping”. And he had  me to see a Psychiatrist. 😥

  What’s going on with me? should I go to the psychiatrist? dari diagnosa terakhir yang saya alami, berikut sedikit mengenai Psikosomatis.

  Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan gangguan fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah emosi itu antara lain rasa berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi, kecewa, kecemasan atau masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya.

Perlu diketahui bahwa pikiran dapat menyebabkan gejala fisik. Sebagai contoh, ketika seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung yang cepat, jantung berdebar, merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, dan bernafas cepat. Gejala-gejala fisik tersebut melalui saraf otak mengirim impuls tersebut ke berbagai bagian tubuh, dan pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.

Gejala:
Psikosomatis ditandai dengan adanya keluhan dengan gejala fisik yang beragam. Namun umumnya penderita mengalami atau mengeluhkan beberapa gejala berikut:
* mual
* muntah
* sendawa
* sakit perut
* rasa pedih
* kulit gatal
* pusing
* nyeri saat berhubungan seksual

Pengobatan:
Ada dua macam pengobatan untuk gangguan psikosomatik, pengobatan fisik dan mental. Pengobatan fisik disesuaikan dengan penyakit yang diderita. Sedangkan perawatan mental dapat dilakukan dengan hipnoterapi, obat, atau dengan bantuan psikolog.

  dari artikel di atas mengenai Psikosomatis, saya merasa bahwa memang saya harus menemui seorang psikiatri atau psikolog. karna dari beberapa gejala di atas, semuanya telah saya alami kecuali yang terakhir. 😀