Should We Celebrate?

No need to say Happy New Year. No need to celebrate a New Year. No need to pray at the end of the year. Allah will always listen what you pray – anytime.

Seperti biasa, orang-orang dari seluruh penjuru dunia seolah ingin menjadi saksi di malam pergantian tahun. Momen yang hanya dilewati 1 detik setiap tahunnya mampu membuat orang “habis-habisan” untuk turut serta di dalamnya. Salah siapa?

Sepertinya negri ini lupa akan musibah yang baru saja terjadi di penghujung tahun 2014. Sebuah kecelakaan yang terjadi pada pesawat Air Asia QZ 8501 dengan rute penerbangan Surabaya – Singapura di daerah Kalimantan telah meramaikan berbagai media (begitu kira-kira berita-berita yang muncul dan menjadi headline di beberapa situs online). Bahkan, berita ini saya rasa mampu mengalihkan para penikmat berita  mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak. Ah… #bukan urusan saya!

Malam tahun baru kemarin, saya memilih untuk tidak kemana-mana. Menurut saya sebagai seorang muslim kita tidak perlu mengikuti tradisi para non-muslim dalam merayakan tahun baru. Tidak perlu terompet, tidak perlu kembang api, tidak perlu petasan, apalagi pesta hura-hura dan mendatangi beberapa konser yang banyak disediakan oleh para promotor dunia hiburan.

Lantas saya menulis ini karena pergantian tahun ini saya tidak ikut serta? Bukan! Semasa hidup saya, saya belum pernah merayakan tahun baru. Saya pun tidak tahu bagaimana harus merayakannya. Setelah tahun kebebasan saya, sebut saja demikian, dimana saya sudah melepaskan seragam putih abu, beberapa kali saya keluar untuk berkumpul bersama teman di malam pergantian tahun. Namun, kami tidak pernah melewatinya dalam keadaan terjaga. Saya tentu lebih memilih tidur ketimbang melihat kembang api yang jelas-jelas mengganggu mereka yang tidak merayakan. Kemudian, saya pernah lebih memilih menghadiri acara pengajian yang diadakan oleh pesantren kami pada pergantian tahun 2013, 2 tahun yang lalu (aiiihhh… ceritanya anak sholehah). Hahaha…. 😀

Nah, baru pada malam pergantian tahun 2015 kemarinlah saya merasa kok ga ada pentingnya banget pergantian tahun harus dirayakan dengan menghamburkan banyak uang. Membeli kembang api, petasan dan terompet yang suaranya jelas akan mengganggu tetangga-tetangga di sekitarnya. Jadi, pada malam itu saya diajak bersilaturahmi ke rumah calon mertua. Kami sengaja ke sana untuk memberikan hadiah kepada adik dari pacar saya yang sudah jauh-jauh dipersiapkan. Di lingkungan rumahnya, beberapa tetangga berkumpul di depan rumah, membuat ala ala barbeque dan menyalakan petasan juga kembang api. Beberapa anak memainkan terompet. Termasuk adik dan bapak dari pacar saya ikut serta di dalamnya. Saya tentu memilih menyaksikan Stand by Me Doraemon di dalam rumah. Nothing special! Sesekali keluar untuk menghargai mereka yang “merayakan” tahun baru. Ketika itu, saya merenung. Mendengar detuman petasan yang kemudian menyemburkan percikan api ke arah langit, telinga mana yang tidak bising mendengarnya? Seketika membayangkan suara-suara itu seolah menertawakan langit yang gagah menggantungkan dirinya di atas tanpa melakukan perlawanan. Padahal ribuan bahkan jutaan orang menyerangnya malam itu. Miris. Saya berbisik kepada diri sendiri, apakah mereka ingat saudara-saudara kita di Palestina yang nyaris sepanjang hidupnya mendengar detuman-detuman yang nyata-nyata membuat mereka takut? Sedang yang lain tertawa menyaksikannya.

Ah, ini bukan soal agama. Perlu diakui memang, Negara kita yang katanya ramah, menjunjung erat tradisi, ternyata mudah sekali terprovokasi pihak luar. Rebut-ribut mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak, tapi mampu mengamburkan uang demi pesta yang sia-sia. Mengeluh dengan kemacetan, tapi menikmati kepadatan arus lalu lintas saat malam pergantian tahun. Salah siapa kalau sudah begini? Tidakkah mereka tahu bahwa di luar sana, ada yang senang menyaksikan orang-orang kita merayakan tahun baru? Usahanya berabad-abad untuk menghancurkan “kita” sudah hampir berhasil. Ketahuilah bahwa hal ini sudah disusun matang-matang oleh para “musuh” kita. Menghancurkan kita perlahan. Ghazwatul Fikr!

Tahun baru tidak perlu dirayakan! Resolusi memang penting. Kita bisa membuat resolusi kapanpun tanpa harus menunggu tahun berganti. Setidaknya, kita terus berusaha untuk menjadi lebih baik.

Kalau tragedi jatuhnya pesawat Air Asia belum mampu menyadarkan kita, setidaknya itu dapat menjadi bukti bahwa sang Maha Pemilik Jagat Raya ini dapat pula murka. Lalu masih patutkah kita menyerang langit-Nya dengan petasan dan kembang api?